Maunya Dua Hari

Jumat,10 Juli 2010 pukul 24.00 WIB,sebanyak 26 kendaraan dengan muatan 50 orang personil dan logistik serta peralatan dan perlengkapannya sudah memasuki desa Cintawangi.
Jalan buntu
Target hari ini adalah makan siang di Waduk Jatiluhur,tapi disaat rombongan terdepan sudah memasuki jalan sempit persawahan melalui HT (handy tranceiver) Bekti Triyono mengatakan seorang penduduk memberitahu bahwa jalan yang dimasuki rombongan buntu.Ternyata arah yang sedang dijajaki ini tahun 1985 pernah dibuat jalan AMD dinamakan jalan Raden Anom Wiranata,mantan Bupati Karawang.Akan tetapi sekarang sudah hancur dan kembali menjadi hutan.

Tidak lama setelahnya terdengar suara Najib AS melalui HT meminta agar urutan kendaraan diselang-seling antara kendaraan besar (6 silinder) dan kecil menuju posisinya yang sudah duluan membuka jalan.Repot mengatur ini karena jalanan pas satu mobil.Disinilah baru kita tahu bahwa rombongan sudah memasuki kawasan hutan dicelah gunung Butak dan Cipicung bersebelahan dengan gunung Cintalanggeng yg digrogoti batunya untuk industri jalan aspal.
Waktu sudahmenunjukan pukul 04.00 WIB,lintasan yang baru ditempuh lk.200 meter.Saat rombongan berhenti,saya masih mendengar suara omelan Iil Yusuf dengan HT di dalam Feromannya bersama Frina dan anak-anak mereka yang ternyata telah berhasil menyeberang sungai sementara yang lain (sambil ngeledek dan nakut2in) tertahan karena waktu telah diputuskan untuk istirahat tidur.
Jaka Sembung hebat
Diantara sekian banyak kendaraan,yang saya lihat hanya Yuli Jaka Sembung berhasil keluar dari sungai tanpa di- winch.Untuk keluar dari sungai Feromannya Iil kerja keras nge-winch kendaraan peserta lain.

Lepas dari rintangan hari mulai siang dan menurut rencana rombongan seharusnya sudah memasuki trek CR2 eks WJAOR 2010 (Dam Jatiluhur-Jonggol)...itu kan rencananya,sebagian peserta yang berada di belakang mulai resah.
Saat menunggu rombongan terdepan sedang menerabas hutan yang dibantu enam orang warga desa Cintawangi,muncul pemikiran untuk bertahan di tempat (ditempat ini areal agak luas) menunggu aba-aba apakah melanjutkan perjalanan atau put-bal alias putar balik.Kalau harus put-bal,lokasi ini memungkinkan untuk kendaraan berputar.Jalan ke depan tampak menanjak lurus 60 derajat sepanjang lk.50 meter,hampir semua kendaraan lewat lintasan ini di winch dari atas.Pengamatan saya di tim belakang hanya Arung Ramadhan dan Adi Pesona yg berhasil tanpa di kerek pada trek ini.


Sungai-sungai yang dilewati memang lagi beraliran kecil karena kebetulan tidak ada hujan,akan tetapi badan sungai sendiri lumayan sebesar kali Cideng...bayangkan kalau hujan...nangis bombay deh.
Orangnya pulang,kendaraan lanjut
Saat mau istirahat,sekitar jam 22.00 WIB saya kaget, koq Mimi Najib jalan kaki ke arah balik dikawal orang kampung."Mau pulang karena Dede besok ujian",katanya diikuti Dede Ramadhan Yusuf dan Selly Malianita juga Krisna Ina yang katanya besok bandnya manggung.
Keesokan harinya,Minggu 11 Juli puteranya Ferry harus pulang duluan di dampingi pengasuhnya karena besok Senin harus sekolah.Yang bertahan adalah Rahining Yiying yang menurutnya mendapat dispensasi untuk menunda pekerjaan dari kantornya.Akan tetapi bu Haji Tarto dan Monik Rekta serta salah seorang lagi bertahan sampai Senin siang akhirnya pulang tetapi lewat desa Tipar.

Evakuasi Bangor
Memang,hidup berdampingan dalam suatu kerjasama yang solid menuju keberhasilan bukan hanya dimiliki manusia, kendaraan 4x4 juga demikian.Setelah semua rombongan berhasil menyeberangi sungai,dengan dibantu winch,giliran Bangor (Toyota FJ-40) dalam kondisi mati mesin dievakuasi oleh tiga kendaraan berbeda yaitu Sambungrai (Suzuki Jeep),Tangerang Boy (Suzuki Jangkrik) dan Feroman (Daihatsu Feroza).Ketiga evakuator dengan winchnya gigih mengeluarkan Bangor dari sungai kemudian menarik lagi secara estafet ke dalam hutan yg berjarak lebih dari 60 meter dengan kemiringan lk 40 derajad. Rombongan lain bergerak terus meninggalkan Bangor dengan kru mekanik bengkel D2 Depok sebanyak 5 orang di hutan, menunggu suku cadang yang akan dibawa Dede selepas ujian di kampusnya.
Beli sawah dan kebon Sengon
Di lintasan berikutnya tidak lebih dari 500 meter rombongan sudah dihadang sungai lagi.Di lintasan ini tim harus mengganti rugi areal persawahan yang harus dilalui kendaraan,sementara di rute sebelumnya sejumlah biaya juga dikeluarkan pengganti hutan kayu Sengon yang terlintas rombongan.
Dua kali scouting mentog juga
Info itu terdengar lewat HT disela peserta lain kerepotan menuruni hutan campuran menuju posisi kendaraan Imen dan Seto yang sedang membuka jalan.
Imen membuat jalan ke Selatan tetapi mentog di sungai yang berbatu besar dan Shinjinnya putus tali kipas,sedang Seto dg CJ-nya ke Timur berhadapan dengan turunan 60 derajad lurus dan panjang sekitar 50 meter.Malam ini istirahat ditempat...ghragh !
Senin,keesokan paginya diputuskan mengambil rute Seto dengan catatan setelah hutan dibuka semua kendaraan harus diulur dengan winch saat melewati turunan.
Sungainya lebar bisa mandi
Menuju jalan desa yang sudah nampak dikejauhan rombongan melewati sungai yang bening airnya dan bisa dimanfaatkam untuk bersih-bersih badan (setelah 3 hari ngga mandi) serta mengisi air radiator tetapi kembali perlu memberikan uang seadanya kepada beberapa petani pemilik sawah yang sudah dipanen,sebagai uang lelah merapihkan galangan sawah karena dilabrak kendaraan rombongan.Selama proses menyeberang sungai secara "ngloyor"mengikuti arus sepanjang lebih kurang 70 meter,beberapa batu besar harus disingkirkan.Saya sempat mendengar "grutuan" kepala dusun Tipar mempringatkan supaya segera menyeberang kuatir kalau hujan di gunung akan menimbulkan air besar melewati sungai yang sedang diseberangi itu.
Kerja bareng
Untung Shinjin sudah mengganti tali kipas,kalau rombongan lain meneruskan perjalanan dan sudah sampai di jalan desa dia ditugaskan kembali menyongsong Bangor yg sudah selesai perbaikan dan tertahan di sungai ke-4 karena masih ada kerusakan.
Malang tak dapat ditolak Shinjin patah kopel gardannya.Akan tetapi bukan kru bengkel D2 kalau tidak bisa mengakali ngbrebetnya mesin Bangor.Dengan menggunakan 5 busi Najib berhasil "menggendong" Shinjin dengan Bangornya dan tiba di jalan desa 30 menit setelah rombongan terakhir meninggalkan kawasan itu pulang ke daerah masing-masing.
Sekalipun program meleset dari rencana (karena selama 4 hari tiga malam jarak yang ditempuh hanya sekitar 3 kilometer),ada hikmah yang tidak kecil nilainya bagi pengetahuan dan pengalaman para peserta serta harapan besar dari masyarakat setempat akan dibangunnya jalan tembus menuju dua buah air terjun (curug) bertingkat tiga dengan kelebaran 4 meter diberinama curug Cipamundah dan curug Cikoleangkap,seperti diimpikan kepala dusun Tipar,kecamatan Tegalwaru, Mardi beserta warga masyarakat sekitarnya....semoga